Klise

Setelah kemarin gagal menjadi pribadi yang signifikan dan terpuji, kini saya harus mengerti bahwa predikat itu ternyata hanyalah hasil konstruksi kawan saya yang singit. Tapi saya tiada kecewa, sebab saya menyiasati musim ‘hujan-setelah-jam-satu-siang’ di kota ini dengan bermain becek.

Tapi, mengapa bermain becek? Karena saya merasa bahwa tepat di hari pahlawan nasional, hari ini, tak ada perayaan apapun seperti hari kemerdekaan RI kesekian puluh juta ratus detik. Padahal, jasa para pahlawan yang memang harus banjir darah mempertahankan kemerdekaan negeri ini tidak terlepas juga dari ribuan kali musim hujan pada zamannya yang membuat jalan setapak untuk menyergap musuh becek pula. Mungkin mereka tidak akan pernah disibukkan dengan membaca meme terakhir tentang hubungan antara jomblo, kasur, hujan, dan selimut tetangga, beserta kaidah-kaidah ambigu yang mengikutinya. Setidaknya mereka hanya berpikir bagaimana cara agar menahan ‘misuh-misuh’ saat terpeleset ketika perang gerilya di Ambarawa misalnya, dan sekitarnya. Pikir saya begitu.

Atas hal itu, alasan klise ini saya buat. Minimal tak semata cuma di mulut atau cuma dalam ceruk pikir saja. Meskipun implementasinya kurang tepat dan barangkali sesat pikir. Tapi baiklah, saya akan cari permainan seru lainnya yang bisa dikombinasikan dengan bermain becek di pekarangan kosan ini. Semoga perihal ini tidak perlu dimaklumi.

Mari~

Tinggalkan komentar