Karena Panjang

Seperti yang sudah-sudah, saya selalu hampir gagal memantapkan ide-ide menulis. Berulang kali ditulis, sesering itulah saya menghapusnya. Di waktu yang buat saya cukup singkat ini, adalah mustahil untuk membuat pemaparan studi linguistik tentang kata yang panjang ini: “Supercalifragilisticespeciallydocious”. Pemadatan kata dari berbagai istilah-istilah dalam bahasa Inggris guna merujuk pada sebuah makna yang sifatnya menyanjung, atau berelasi dengan kata sanjungan itu.

Konon, bagi siapa saja yang merasa fobia terhadap kata yang amat panjang itu, studi-studi kesehatan berbasis psikologi menjelaskan penyakitnya. Tentu saja dengan nama yang sama panjangnya dengan ketakutan seseorang atas kata panjang yang dibacanya. Adalah ‘Hipopotomonstrosesquipedaliphobia’ yang artinya sudah saya sebutkan barusan.

Tapi apa boleh buat, butuh waktu sekitar lima sampai sepuluh menit untuk bisa membaca dua kata di atas dan melafalkannya perlahan. Sampai bisa. Tentu bukan hal sulit jika diberikan cukup waktu untuk mencermati barisan alfabet yang berjejer tersebut. Bahkan ada kalimat dalam bahasa Jerman yang lebih panjang lagi dari dua kata di atas: “Rindfleischetikettierungsueberwachungsaufgabenuebertragungsgesetz” yang bikin #MDRCCT.

Ternyata kata tersebut , menurut Detik.com, adalah undang-undang di Jerman tentang pengawasan label daging sapi. Tetapi kata itu sudah dicabut oleh pemerintah federal Jerman. Bagi saya hal ini cukup membunuh waktu untuk sebuah pengulangan secara penyebutan, pelafalan, pemahaman, atau penggambarannya. Ada lagi nama resmi ibukota Thailand yang saya sendiri malas membacanya apalagi mencoba menjelaskannya, sebut saja Bangkok. Lebih jelasnya, tanyakan pada Google, ia selalu mencerahkan jiwa-jiwa tersesat.

Dalam bahasa Indonesia, kata ‘mempertanggungjawabkan’ buat saya sudah cukup membuat gila karena harus membacanya detil sekali. Tetapi agaknya yang membuat saya keheranan, konon, Ijab Qabul harus diucapkan dalam sekali nafas, bagaimana bila kalimat magis yang diucap saat momentum penuh debar jantung dan ‘mengubah segalanya’ ini ternyata adalah sebuah kata dan harus dibaca cepat dalam satu tarikan nafas? Ya, interpretasikanlah sendiri, itu adalah kebebasan sudut pandang.

Dengan demikian, ada pula istilah yang tidak mengacu pada apapun. Saya merumuskannya sebuah kata yang tidak memiliki definisi namun buat saya, meskipun agak mengganggu, tetapi asyik untuk diucapkan: ‘Paramisakontradiksi’. Hahaha, kalau bisa, saya akan jelaskan kapan-kapan, tentunya dengan kadar keambiguan lebih lanjut hanya untuk menjelaskan betapa ‘saya’ juga bisa menciptakan kata mutakhir. Ah, sudahlah!

Tinggalkan komentar